Dunia yang Serba Digital, Apakah Brosur dan Spanduk Masih Punya Tempat?

Jefri Taufik H. S.E
Praktisi Marketing.png)
Di Dunia yang Serba Digital, Apakah Brosur dan Spanduk Masih Punya Tempat?
Suatu hari saya melihat seorang pemilik toko sembako menempelkan banner besar di depan tokonya: "Diskon Akhir Tahun!"
Sementara beberapa meter dari situ, seorang konten kreator TikTok sedang live streaming jualan produk yang sama — dan berhasil closing puluhan order hanya dalam 15 menit.
Pertanyaannya:
Masih layakkah promosi konvensional dipertahankan? Atau saatnya semua berpindah ke digital?
Promosi Konvensional: Masih Bertaji atau Sudah Usang?
Promosi konvensional seperti spanduk, selebaran, iklan radio/koran, hingga event fisik punya kekuatan utama: membangun kedekatan fisik dan kepercayaan langsung.
Namun, di era pasca-pandemi dan serba digital seperti sekarang, metode ini mulai tertinggal karena:
- Mahal dan tidak terukur hasilnya
- Sulit menjangkau audiens yang lebih luas
- Tidak bisa dilakukan secara real-time
Menurut laporan Nielsen (2023):"Iklan digital menghasilkan ROI 3--5x lebih tinggi dibanding media cetak."
Promosi Digital: Cepat, Murah, Terukur
Dengan hanya modal HP dan akun media sosial, siapa pun kini bisa menjadi "sales online." Promosi lewat:
- Instagram & TikTok Ads
- Copywriting yang persuasif
- Email marketing & WhatsApp blast
- Kolaborasi dengan influencer & affiliate
Semua itu bisa dijalankan bahkan oleh pelaku UMKM sekalipun.
Data dari We Are Social (2024):"77% pengguna internet di Indonesia melakukan riset produk secara online sebelum membeli."
Artinya, jika produkmu tidak eksis di dunia digital, kamu tidak eksis di benak konsumen.
Mana yang Lebih Baik? Kuncinya Bukan Pilih Salah Satu, Tapi Tahu Kapan Gunakan Dua-duanya
Opini saya sebagai jurnalis: promosi konvensional tidak mati, tapi harus bertransformasi.
Bayangkan jika:
- Spanduk dan brosur berisi QR code yang mengarah ke video review produk.
- Event offline didukung kampanye digital yang masif.
- Diskon di toko fisik juga diumumkan lewat TikTok Live.
Kombinasi dua dunia ini akan jadi senjata yang mematikan.
Rekomendasi untuk pelaku usaha:
- Tinggalkan ego metode lama jika tidak relevan.
- Pelajari dasar promosi digital: storytelling, algoritma, ads.
- Mulai dari sederhana: 1 konten per hari jauh lebih baik daripada 100 brosur yang dibuang orang.
Tentang Penulis
Jefri Taufik adalah praktisi marketing independen yang fokus pada transformasi bisnis konvensional ke era digital. Antusias dan aktif menulis opini dan strategi pemasaran berbasis data dan perilaku konsumen digital.
Komentar Pengunjung
Belum ada komentar.
Tinggalkan Komentar