Alhamdulillah, mulai tahun 2025 ini insya Allah akan berdiri Madrasah Aliyah Cendekia (MAC) Utsmaniyah di Jambi. Logo Madrasah Aliyah Cendekia (MAC) adalah konsep Madrasah dengan perpaduan kurikulum Nasional dan Internasional berbasis Boarding School (berasrama). Info lebih lanjut kontak: 0811 531 300 atau 0811 841 200. Logo Madrasah Aliyah Cendekia (MAC) Utsmaniyah Jambi gandeng MAN Insan Cendekia Jambi untuk kerjasama dalam hal mutu dan tata kelola. Logo Breaking News! INISMA Jambi buka Pendaftaran Mahasiswa baru jalur BEASISWA KIP KULIAH. Waktu dan kuota terbatas! Segera hubungi admin INISMA di 0811 7494 600. Logo

Ritme Bom dan Doa: Pengantar Suci di Bulan Muharram

Foto Penulis
Ust. Fajri Al-Mughni, Lc., MA (Ketua Dewan Masyayikh Pondok Modern Utsmaniyah Jambi)
-
27 Juni 2025
45 kali dibaca

Bulan Muharram 1447 H menyapa pada 27 Juni 2025, suatu pergantian tahun hijriah yang bagi kalender langit, mestinya menuntun umat ke daerah “waktu yang disucikan,” dikala peperangan dilarang serta kontemplasi ditinggikan.

Tetapi suci tidak senantiasa sepi. Di Gaza, dentuman bom masih menempo ritme takdir: lebih dari 55 ribu nyawa melayang semenjak Oktober 2023, sedangkan 664 ribu orang baru saja kembali mengungsi akibat lonjakan serbuan semenjak Maret kemudian.

Di selat Bab al-Mandab, milisi Houthi menembus pantang Muharram dengan rudal yang memforsir kapal-kapal container mengelilingi Tanjung Harapan, mengerek ongkos logistik serta harga pangan dunia.

Kullu yaumin ‘Asyura, kullu ardhin Karbala, “tiap hari merupakan Asyura, tiap tempat merupakan Karbala. Aforisme Imam Jafar as-Sadiq ini menegaskan kalau Muharram bukan semata-mata memori 680 Meter, melainkan arketipe abadi perlawanan etis: tegaknya prinsip di hadapan kekuasaan yang menafikan harkat manusia.

Hingga Gaza nampak bagai Karbala kontemporer: roti diburu semacam air di tepi Efrat, jenazah bergelimpangan di reruntuhan yang belum dapat digali, serta jeritan kanak- kanak menggema selaku elegi trans-historis atas keangkuhan penguasa.

Iran juga merambah Muharram dengan memori perang 12 hari melawan Israel, sesuatu sela waktu gencatan senjata yang diiringi represi dalam negeri: eksekusi kilat, patroli drone pencari hijab, serta aplikasi “Nazer yang mengundang masyarakat memberi tahu aurat sesamanya. Seakan bay’at paksa Yazid menjelma dalam rupa digital: rakyat dituntut tunduk ataupun tercatat selaku pelanggar “kesucian negeri.

Di Damaskus, ledakan bom bunuh diri ISIS di Gereja Saint Elias memporakporandakan ilusi pasca-perang. Rezim baru pasca-Assad, dipandu eks-HTS, mengalami kalau mengelola “kedalaman keimanan tanpa keadilan sama rapuhnya dengan tower pasir.

Turki, mengutip Ibn Khaldun, memainkan asabiyyah geopolitik: mengerahkan F- 16 buat menghalau jet Israel di langit Suriah serta memperingatkan “api regional sembari menutup jalan hawa ke Iran, Irak, Yordania, serta Suriah.

Di hadapan pusaran ini, Muharram menantang kita membaca dialektika Hegel, tekanan serta antithesis, sekalian absurditas Camus: manusia yang, walaupun ketahui batu hendak jatuh lagi, senantiasa mendorongnya ke puncak. Rumi mengamini dalam bisikan, “Cedera merupakan tempat sinar masuk. Malah di retakan Gaza, Teheran, serta Damaskus, mungkin etika lahir: pemahaman kalau kekuasaan tanpa belas kasih hendak kesekian selaku “banalitas kejahatan Arendt.

Sebab itu, ritual duka, ma tam, tahlil, puasa Tasua- Asyura, ataupun zikir sepi di ruang individu, tidaklah nostalgia, melainkan latihan tanggung jawab moral. Dia menuntut solidaritas internasional atas blokade pangan, proteksi untuk pengungsi, intensitas diplomasi, serta di ranah batin, keteguhan menolak normalisasi kekerasan.

Pada puncak Asyura, darah simbolik Husain memanggil nurani global: “Jangan perkenankan tirani menulis takdir. Apabila Muharram merupakan aurora kalender Islam, hingga gejolak Timur Tengah hari ini menguji apakah fajar itu berujung sinar pembebasan ataupun cuma senja kemanusiaan yang terulur. Pilihannya terdapat di tangan kita, semacam tangan Zainab yang di hadapan takhta Yazid, mengganti trauma jadi kesaksian serta derita jadi narasi harapan.

Kategori: Opini
Komentar Pengunjung

Belum ada komentar.

Tinggalkan Komentar
Anda harus login terlebih dahulu untuk mengirim komentar.
Tulis Opini Anda

Ingin berkontribusi dengan opini Anda? Kirimkan tulisan Anda sekarang.

Login untuk Menulis Opini
Syarat Pengiriman
  • Opini asli, bukan hasil plagiat
  • Gunakan bahasa yang sopan
  • Opini akan direview sebelum dipublikasikan