Pion/bidak adalah sosok yang paling sederhana dalam catur; namun dalam kekecilannya tersimpan kehebatan yang sunyi.
Pion tidak memiliki kelincahan seperti kuda maupun jarak seperti peluncur.
Ia bukanlah ratu yang berkuasa atau mendominasi.
Ia bergerak perlahan; selalu maju seperti orang yang mengikuti tugas daripada keinginannya sendiri.
Ia tidak mundur karena tidak ada kebajikan dalam nostalgia.
Pion tidak memberontak terhadap tempatnya di papan catur.
Ia menerima kondisinya dengan martabat dan justru penerimaan ini; penyerahan diri pada peran yang ditugaskan kepadanya yang membuatnya tak terkalahkan dalam semangat.
Setiap langkah yang diambilnya adalah tindakan keberanian, bukan karena dia menentang musuh, tetapi karena dia menentang rasa takutnya sendiri untuk berkorban.
Dia mungkin ditangkap, dia mungkin jatuh, namun dia tidak berhenti.
Jika dia mencapai akhir, maka dia akan berubah.
Tetapi bukan karena ambisi, melainkan karena jasa.
Karena jiwa yang telah berjalan dengan jujur di medan perang, tanpa penyimpangan dari kebajikan, telah mendapatkan hak untuk berkembang.
Pion/bidak mengajarkan kita bahwa:
Ketinggian yang sejati bukanlah sesuatu yang dipaksakan, tetapi sesuatu yang dicapai tanpa mengkhianati esensi.
Sumber: Jamrin Page
Tinggalkan Komentar