Krisis ekonomi yang berkepanjangan menambah panjang deret persoalan yang membuat negeri ini semakin sulit keluar dari jeratan kemiskinan. Kini jumlah penduduk miskin ( penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan ). Kemiskinan tidak hanya terjadi di perdesaan tapi juga di kota-kota besar. Kemiskinan juga tidak semata-mata persoalan ekonomi, melainkan kemiskinan cultural dan structural. Walowpun kemiskinan yang paling parah terdapat pada negara berkembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Namun dalam negera majupun, kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari atau keluarga tunggal ( single parents atau single families, dan umumnya dialami oleh ibu-ibu tuggal atau single mothers) yang hidupnya tergantung pada bantuan social dari pemerintah, seperti kupon makanan ( food-stamp ) atau tunjangan keluarga, yang di AS disebut Program TANF ( Temporary Assistance for Needy Families ) atau di Indonesia dinamakan PHK ( Program Keluarga Harapan ).Sesungguhnya, kemiskinan bukanlah persoalan baru di negeri ini. Sekitar seabad sebelum kemerdekaan, pemerintah colonial Belanda mulai resah atas kemiskinan yang terjadi di Indonesia. Pada saat ini, indicator kemiskinan hanya dilihat dari pertambahan penduduk yang pesat (Soejadmoko, 1980 ).
Dalam arti proper kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Dalam arti luas, kemiskinan merupakan suatu fenomena multi face atau multidimensional.
Chambers (dalam Nasikun) mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu integrated concept yang memiliki lima dimensi, yaitu:
1) kemiskinan (proper),
2) ketidakberdayaan (powerless),
3) kerentanan menghadapi situasi darurat (state of emergency),
4) ketergantungan (dependence), dan
5) keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun sosiologis. Hidup dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti: tingkat kesehatan, pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, kerentanan terhadap ancaman tindak kriminal,
ketidakberdayaan menghadapi kekuasaan, dan ketidakberdayaan dalam menentukan jalan hidupnya sendiri.3 Kemiskinan dapat dibagi dalam empat bentuk, yaitu:
a. Kemiskinan absolut: bila pendapatannya di bawah garis kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.
b. Kemiskinan relatif: kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan.
c. Kemiskinan kultural: mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif meskipun ada bantuan dari pihak luar.
d. Kemiskinan struktural: situasi miskin yang disebabkan karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi seringkali menyebabkan suburnya kemiskinan. Perkembangan terakhir, menurut Jarnasy4 kemiskinan struktural lebih banyak menjadi sorotan sebagai penyebab tumbuh dan berkembangnya ketiga kemiskinan yang lain.
Kemiskinan juga dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu kemiskinan alamiah dan kemiskinan buatan (artificial).
a. Kemiskinan alamiah berkaitan dengan kelangkaan sumber daya alam dan prasarana umum, serta keadaan tanah yang tandus.
b. Kemiskinan buatan lebih banyak diakibatkan oleh sistem modernisasi atau pembangunan yang membuat masyarakat tidak dapat menguasai sumber daya, sarana, dan fasilitas ekonomi yang ada secara merata.
Kemiskinan merupakan suatu kondisi yang diakibatkan oleh kekurangannya sumberdaya yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat. Kemiskinan merupakan permasalahan yang belum terpecahkan di Indonesia karena terdapat banyak faktor yang melatarbelakanginya. Kemiskinan dibagi kedalam beberapa kelompok yakni diantaranya kemiskinan absolut, kemiskinan relatif, kemiskinan kultural dan kemiskinan struktural. Faktor latar belakang yang menyebabkan munculnya masalah kemiskinan diantaranya kebiasaan buruk yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat dan ketimpangan pendapatan yang didapat oleh masyarakat.
Tinggalkan Komentar