Alhamdulillah, mulai tahun 2025 ini insya Allah akan berdiri Madrasah Aliyah Cendekia (MAC) Utsmaniyah di Jambi. Logo Madrasah Aliyah Cendekia (MAC) adalah konsep Madrasah dengan perpaduan kurikulum Nasional dan Internasional berbasis Boarding School (berasrama). Info lebih lanjut kontak: 0811 531 300 atau 0811 841 200. Logo Madrasah Aliyah Cendekia (MAC) Utsmaniyah Jambi gandeng MAN Insan Cendekia Jambi untuk kerjasama dalam hal mutu dan tata kelola. Logo Breaking News! INISMA Jambi buka Pendaftaran Mahasiswa baru jalur BEASISWA KIP KULIAH. Waktu dan kuota terbatas! Segera hubungi admin INISMA di 0811 7494 600. Logo

Kematian yang Belum Dikuburkan

07 Agustus 2025
Admin
4 kali dibaca
Kematian yang Belum Dikuburkan

Dalam sunyi malam yang berselimut cahaya bulan dan desir angin keheningan, jiwa seorang hamba seringkali berdialog dengan nuraninya. Namun, betapa memilukannya jika jiwa itu tak lagi bergeming ketika dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an, tak lagi merasa bersalah ketika melakukan dosa, dan tak lagi merindukan sujud di hadapan Rabb semesta alam. Itulah yang disebut oleh Imam Al-Ghazali sebagai kematian yang belum dikuburkan.

"Ketika engkau tidak lagi tersentuh oleh Al-Qur’an, tidak gentar oleh dosa, dan tidak rindu untuk sujud… maka itu bukan hidup. Itu kematian yang belum dikuburkan."
— Imam Al-Ghazali

1. Mati dalam Hidup: Sebuah Bahaya Spiritual

Allah ﷻ berfirman:

“Dan apakah orang yang sudah mati, kemudian Kami hidupkan dia dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, sehingga dia dapat berjalan di tengah-tengah manusia, serupa dengan orang yang berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya?”
(QS. Al-An’am: 122)

Ayat ini menggambarkan bahwa ada manusia yang sejatinya hidup, namun jiwanya mati. Mereka berjalan, bekerja, tersenyum, dan berbicara, namun hatinya hampa dari getaran iman. Mereka seperti mayat hidup—bergerak tanpa ruh keimanan. Bahkan dalam hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:

"Perumpamaan orang yang mengingat Rabbnya dan yang tidak mengingat-Nya adalah seperti orang yang hidup dan yang mati."
(HR. Bukhari)

2. Ketika Al-Qur’an Tidak Lagi Menggetarkan

Al-Qur’an adalah cahaya, petunjuk, dan obat bagi jiwa. Namun betapa banyak di antara kita yang tidak lagi menangis ketika membaca firman-Nya, tidak lagi merasa getar ketika mendengar ancaman-Nya, dan tidak lagi bergairah untuk menggali petunjuk-Nya?

Padahal, Allah ﷻ berpesan:

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka."
(QS. Al-Anfal: 2)

Jika ayat-ayat Al-Qur’an tak lagi mengetuk hati, maka kita patut bertanya: apakah hati ini telah berkarat?

"Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka."
(QS. Al-Muthaffifin: 14)

3. Dosa yang Tidak Lagi Menakutkan

Dosa bukan hanya menyakitkan hati, tetapi juga menggelapkan jiwa. Bahaya terbesar bukanlah dosa itu sendiri, tetapi ketika kita sudah tidak merasa berdosa lagi. Ketika air mata tak lagi jatuh karena kesalahan, maka itulah awal kehancuran ruhani.

Imam Ibnul Qayyim berkata:

"Di antara hukuman terbesar dari dosa adalah hilangnya rasa sesal dan takut setelah melakukannya."

Sementara Rasulullah ﷺ mengingatkan:

"Setiap umatku akan diampuni kecuali orang-orang yang terang-terangan melakukan dosa."
(HR. Bukhari dan Muslim)

4. Rindu Sujud: Nafas Ruhani yang Harus Dijaga

Sujud adalah saat terdekat seorang hamba dengan Rabb-nya. Ia adalah tempat menyandarkan segala luka, beban, dan harapan. Jika rindu untuk sujud telah hilang, itu pertanda bahwa hubungan kita dengan Allah mulai renggang.

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Tempat yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabb-nya adalah ketika ia sedang sujud. Maka perbanyaklah doa di dalamnya."
(HR. Muslim)

Hidup tanpa rindu kepada sujud adalah kehidupan yang kekeringan dari cinta Ilahi.

Menyalakan Ghirah: Mari Bangkit dari Kematian Ruhani

Saudaraku, hidup yang sejati adalah ketika hati kita hidup bersama Al-Qur’an, menggigil oleh dosa, dan merindukan sujud. Jangan biarkan hati kita menjadi kuburan sebelum ajal datang. Mari kita nyalakan kembali ghirah (semangat ruhani) dengan:

Membaca dan mentadabburi Al-Qur’an setiap hari, walau hanya satu ayat.

Memperbanyak istighfar, menangis karena dosa, dan tidak berbangga dengan maksiat.

Menjadikan sujud sebagai rumah nyaman bagi hati yang rindu kepada-Nya.

"Hati yang tidak menangis karena takut kepada Allah adalah hati yang sakit, dan hati yang sakit adalah awal dari kematian ruhani." — Ibn Al-Jawzi

Hidupkan Hatimu Sebelum Ajal Menjemput

Sebelum tubuh kita benar-benar dikuburkan, pastikan hati kita tidak lebih dulu mati. Jadilah hamba yang senantiasa tersentuh oleh Kalamullah, gentar oleh dosa, dan merindukan sujud. Karena hanya hati yang hidup yang layak menghadap-Nya kelak.

“Ya Allah, jangan Engkau palingkan hati kami setelah Engkau beri hidayah.”
(QS. Ali Imran: 8)

Wallahu a’lam.

 

Kategori: Hikmah
Tinggalkan Komentar
Komentar berhasil dikirim!
Komentar Pengunjung