Dalam sebuah hadis qudsi yang lembut bagaikan embun pagi, Rasulullah menyampaikan firman Allah yang membelai jiwa:
قالَ سَيِّدُنا رَسولُ اللهِ ﷺ:
يَقولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ:
“إِنَّ مِنْ عِبادِي مَن لا يَصْلُحُ إيمانُهُ إِلَّا الفَقْرُ، وَإِنْ بَسَطْتُ عَلَيْهِ أَفْسَدَهُ ذَلِكَ، وَإِنَّ مِنْ عِبادِي مَن لا يَصْلُحُ إيمانُهُ إِلَّا الغِنَى، وَلَوْ أَفْقَرْتُهُ لَأَفْسَدَهُ ذَلِكَ، وَإِنَّ مِنْ عِبادِي مَن لا يَصْلُحُ إيمانُهُ إِلَّا الصِّحَّةُ، وَلَوْ أَسْقَمْتُهُ لَأَفْسَدَهُ ذَلِكَ، وَإِنَّ مِنْ عِبادِي مَن لا يَصْلُحُ إيمانُهُ إِلَّا السَّقَمُ، وَلَوْ أَصْحَحْتُهُ لَأَفْسَدَهُ ذَلِكَ، وَإِنَّ مِنْ عِبادِي مَن يَطْلُبُ بابًا مِنَ العِبادَةِ، فَأَكُفُّهُ عَنْهُ، لِكَيْ لا يَدْخُلَهُ العُجْبُ، إِنِّي أُدَبِّرُ عِبادِي بِعِلْمِي بِما في قُلُوبِهِمْ، إِنِّي عَلِيمٌ خَبِيرٌ.”
“Sesungguhnya di antara hamba-Ku ada yang tidak akan menjadi baik imannya kecuali dengan kefakiran. Jika Aku luaskan rezekinya, justru itu akan merusaknya.
Dan sesungguhnya di antara hamba-Ku ada yang tidak akan menjadi baik imannya kecuali dengan kekayaan. Jika Aku buat ia miskin, maka itu akan merusaknya.
Dan sesungguhnya di antara hamba-Ku ada yang tidak akan menjadi baik imannya kecuali dengan kesehatan. Jika Aku buat ia sakit, maka itu akan merusaknya.
Dan sesungguhnya di antara hamba-Ku ada yang tidak akan menjadi baik imannya kecuali dengan sakit. Jika Aku buat ia sehat, maka itu akan merusaknya.
Dan sesungguhnya di antara hamba-Ku ada yang memohon suatu bentuk ibadah, namun Aku halangi ia darinya, agar ia tidak terjerumus dalam ujub (rasa bangga diri).
Aku mengatur urusan hamba-hamba-Ku berdasarkan ilmu-Ku tentang apa yang ada di dalam hati mereka. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui dan Maha Mengenal.”
(HR Thabrani)
Hadis ini laksana pelita di tengah kelam, menyibak tabir rahasia di balik takdir yang sering tak terucap. Ia mengisahkan kasih Allah yang tak terukur, yang menenun setiap detik kehidupan hamba-Nya dengan hikmah, meski jalan itu kerap tak selaras dengan harapan manusiawi kita.
Bayangkan hidup ini sebagai permadani agung, disulam oleh tangan Ilahi. Setiap benang—kefakiran, kelimpahan, sakit, atau sehat—dipilih dengan penuh cinta untuk membentuk lukisan iman yang sempurna. Kita, yang hanya melihat sehelai benang, kerap meratap: mengapa rezeki terasa sempit? Mengapa tubuh dirundung lemah? Mengapa ibadah yang didamba terasa jauh? Namun, di balik tabir langit, Allah sedang memahat jiwa kita dengan kelembutan-Nya.
Hadis ini mengingatkan: Allah tahu apa yang terbaik bagi iman kita, bahkan saat itu terasa tak adil bagi harapan kita.
Dan kadang, orang yang kau kira dititipkan untuk menguji hatimu—ternyata dikirim-Nya justru untuk menyembuhkan jiwamu. Thanks, my dear 🙏🏻🌹
Tabik!
Maasyaa Allah nasihat yg indah
Tinggalkan Komentar