Ada satu ketakutan yang tak terdengar suaranya, namun menggetarkan jiwa setiap hamba yang sadar:
Engkau dipuja di timur dan di barat, namamu harum di bibir manusia, tetapi di sisi Allah… engkau hanyalah sosok yang tak dikenal.
Bayangkan, seluruh dunia mengenal namamu. Wajahmu terpampang di layar, suaramu dikutip di panggung, tanganmu dijabat oleh orang-orang besar. Namun, ketika catatan amal dibuka di hadapan Allah, engkau bukan siapa-siapa. Tidak ada cahaya, tidak ada sebutan mulia, hanya sepi dan kehampaan.
Popularitas: Cahaya Palsu yang Menyilaukan
Pujian manusia adalah seperti lampu sorot di panggung; ia terang, tapi panas, dan hanya sementara.
Hari ini mereka memujimu, esok mereka melupakanmu, bahkan mungkin mencacimu.
Namun pujian Allah… itu abadi. Jika Allah mencintaimu, langit akan memanggil-manggil namamu, dan bumi akan menunduk hormat pada langkah-langkahmu.
Rasulullah S.A.W bersabda:
"Apabila Allah mencintai seorang hamba, Dia memanggil Jibril: ‘Sesungguhnya Aku mencintai si Fulan, maka cintailah ia.’ Maka Jibril pun mencintainya, lalu berseru kepada penduduk langit: ‘Sesungguhnya Allah mencintai si Fulan, maka cintailah ia.’ Maka penduduk langit pun mencintainya, lalu ia diterima oleh penduduk bumi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kaca yang Memantulkan Hati
Setiap kali kita menerima pujian, tanyakan pada diri:
Apakah ini karena Allah ridha, atau hanya karena manusia kagum?
Apakah yang mereka lihat hanyalah topeng kesalehan kita, sementara hati kita keropos oleh cinta dunia?
Pujian bisa menjadi doa, tapi bisa juga menjadi racun.
Ia bisa menguatkan langkah, tapi juga bisa menyesatkan arah.
Yang lebih kita butuhkan adalah senyuman Allah, bukan tepuk tangan manusia.
Langkah Menuju Pengakuan di Sisi Allah
Agar kita tidak menjadi asing di hadapan-Nya, kita perlu:
1. Merahasiakan sebagian amal – Biarkan ada doa yang hanya kita dan Allah yang tahu.
2. Menghadirkan niat di setiap langkah – Bekerja, berbicara, dan berkarya untuk Allah semata.
3. Meminta ampun lebih sering daripada meminta pujian – Sebab kita penuh salah, sementara Dia Maha Pengampun.
4. Menjaga hati dari rasa memiliki popularitas – Karena semua hanya titipan, dan akan kembali pada-Nya.
Pertanyaan yang Mengguncang Hati
Saat kita berpulang, manusia mungkin akan mengiringi jenazah kita dengan ribuan pelayat, membacakan sanjungan, dan menulis kata-kata indah di batu nisan.
Tapi di alam kubur, tidak ada tepuk tangan, tidak ada penghargaan. Yang tersisa hanyalah amal ikhlas yang kita bawa.
Maka, renungkanlah:
Apakah kita sedang membangun nama di bumi, atau sedang menulis nama kita di langit?
Karena lebih baik menjadi orang yang tak dikenal di dunia, tetapi terkenal di hadapan Allah,
daripada terkenal di dunia, namun asing di hadapan-Nya.
Wallahu a'lam.
Tinggalkan Komentar