Alhamdulillah, mulai tahun 2025 ini insya Allah akan berdiri Madrasah Aliyah Cendekia (MAC) Utsmaniyah di Jambi. Logo Madrasah Aliyah Cendekia (MAC) adalah konsep Madrasah dengan perpaduan kurikulum Nasional dan Internasional berbasis Boarding School (berasrama). Info lebih lanjut kontak: 0811 531 300 atau 0811 841 200. Logo Madrasah Aliyah Cendekia (MAC) Utsmaniyah Jambi gandeng MAN Insan Cendekia Jambi untuk kerjasama dalam hal mutu dan tata kelola. Logo

Wara' di Era Medsos: Gengaman Sunyi

19 April 2025
Nadirsyah Hosen
127 kali dibaca
Wara' di Era Medsos: Gengaman Sunyi

Wara’ adalah seni hati—yang memilih diam meski bisa bicara, mundur meski bisa tampil, menahan meski bisa meraih. Ia bukan kelemahan, tapi kekuatan yang memilih hening demi menjaga nurani.

Di era media sosial, konsep wara’ menjadi semakin relevan—dan sekaligus teruji.

Bagaimana tidak? Setiap hari kita dihadapkan pada godaan untuk pamer, menyindir, membandingkan, atau mengomentari tanpa ilmu. Kita diajak untuk tampil bukan apa adanya, tapi apa yang bisa mengundang decak kagum. Bahkan amal pun bisa berubah jadi konten, doa menjadi caption, dan air mata menjadi footage sinematik. Medsos pun sering jadi pelampiasan kerumitan hidup—makanya banyak yang doyan ngomel gak jelas di timeline.

Wara’ dalam konteks ini adalah menahan diri dari mengunggah sesuatu yang bisa menodai keikhlasan, walau dibalut dengan dalih dakwah. Ia adalah memilih diam ketika godaan debat menyulut ego, memilih tak memposting ketika niat belum lulus dalam tulus.

Sejalan dengan sabda Nabi SAW:

“Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tak bermanfaat baginya.”
(HR. Tirmidzi)

Meski kamu merasa benar dan punya dalil sahih, tapi kalau hanya menambah kegaduhan yang tak berfaedah—ya tahan diri sedikit, demi menjaga jernihnya hati.

Wara’ adalah kemampuan untuk berkata dalam hati: “Kalau ini mendekatkanku pada Allah, aku lanjutkan. Kalau hanya untuk validasi atau pelampiasan, biarlah berhenti sampai di sini.”

Ia membuat kita lebih tulus—bukan lihai dengan akal bulus. Karena yang tulus tak sibuk ingin terlihat mulus; ia cukup hadir dalam keheningan dan tetap berarti, meski tak selalu menyertai.

Dan barangkali, di tengah hiruk-pikuk konten digital, mereka yang paling dekat dengan Allah bukanlah yang paling viral—melainkan yang paling wara’.

Sebab memilih bersikap wara’ itu juga artinya menyimpanmu dalam puisi, menggenggam jarimu tak lewat sorotan, melainkan lewat doa yang tak pernah tayang… tapi selalu tembus ke langit ketujuh.

Tabik…

 

Kategori: Hikmah
Tinggalkan Komentar
Komentar berhasil dikirim!
Komentar Pengunjung
πŸ‘©β€πŸ’»
Tamsir Abu Fadhil 2 minggu yang lalu

Setuju banget, keren, shahih

πŸ§‘β€πŸ”¬
Maskun 2 minggu yang lalu

Semoga dengan memaca jarangan indah ini menjadi asbab buat kita masuk surga