Alhamdulillah, mulai tahun 2025 ini insya Allah akan berdiri Madrasah Aliyah Cendekia (MAC) Utsmaniyah di Jambi. Logo Madrasah Aliyah Cendekia (MAC) adalah konsep Madrasah dengan perpaduan kurikulum Nasional dan Internasional berbasis Boarding School (berasrama). Info lebih lanjut kontak: 0811 531 300 atau 0811 841 200. Logo Madrasah Aliyah Cendekia (MAC) Utsmaniyah Jambi gandeng MAN Insan Cendekia Jambi untuk kerjasama dalam hal mutu dan tata kelola. Logo

Mengejar Mahkota, Melupakan Fitrah

04 Mei 2025
Nadirsyah Hosen
115 kali dibaca
Mengejar Mahkota, Melupakan Fitrah

Ada tren yang makin terasa belakangan ini—para orang tua berlomba menjadikan anak-anak mereka hafiz Qur’an.

Bukan karena si anak menunjukkan minat,
tapi karena si orang tua merasa:
“dulu saya banyak dosa, tak paham agama, maka biarlah anak saya yang menebus semua itu. Kelak saya ingin mahkota di surga”.

Tapi benarkah surga bisa diraih lewat paksaan terhadap anak yang jadi kehilangan kesempatan tumbuh di masa golden age-nya? Benarkah potensi & minat mereka memang menghafal Qur’an?

Menghafal Al-Qur’an itu mulia.
Tapi menjadikannya ambisi pribadi
yang ditanamkan di pundak anak—
yang mungkin justru lebih tertarik pada sains, seni, atau pertanian—
bukan lagi ibadah, tapi kompensasi.

Anak-anak bukan mesin penebus masa lalu.
Mereka bukan lembar kosong
untuk menuliskan ulang mimpi-mimpi kita yang gagal.

Tak semua anak punya kecerdasan hafalan.
Dalam taksonomi belajar, hafalan itu level dasar.
Di atasnya: pemahaman.
Lalu penghayatan.
Dan yang tertinggi: pengamalan.

Yang langka justru mereka
yang melakoni nilai Qur’an—meski tak hafal seluruhnya.

Sesuatu yang dipaksakan jarang bertahan lama. Gak cuma soal pasangan dan perasaan, tapi juga soal hafalan.
Apalagi jika sekadar ikut tren.
Setelah wisuda tahfiz, jika tak diulang dan dipahami,
ayat-ayat itu bisa lenyap seperti kabut pagi.

Islam itu luas dalam kehidupan.
Ia bisa hadir di ladang, laboratorium, kitab,
ruang gym, atau lensa kamera.
Ada banyak jalan menuju ridha-Nya.
Jangan kerangkeng anak-anak dalam satu jalur.

Biarlah mereka tumbuh sesuai fitrah dan jenis kecerdasannya (baca postingan sebelumnya soal 8 jenis kecerdasan).
Yang suka menghafal, biarkan menghafal.
Yang suka berpikir, biarkan memahami.
Yang suka bergerak, biarkan menghidupkan ajaran lewat tindakan nyata.

Al-Qur’an itu sudah pasti dijaga oleh Allah,
tapi akhlak anak-anak belum tentu terjaga.

Itu sebabnya Nabi diutus
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia,
bukan untuk mewajibkan umatnya menghafal Qur’an.

Maka, mari kita fokus mendidik anak berakhlak Qur’ani,
bukan semata memaksa menghafal Qur’an demi ambisi orang tua. 

Tabik…

 

Kategori: Hikmah
Tinggalkan Komentar
Komentar berhasil dikirim!
Komentar Pengunjung